Pertanyaan…

Posted on September 2, 2005. Filed under: Komentar - Passing thoughts and opinions |

Kalau sekolah Kristen menerima murid yang beragama lain, apakah sekolah Islam di Indonesia juga menerima murid yang berkeyakinan berbeda? (serius saya nggak tahu)

Kenapa TK atau SD Islam mengharuskan anak perempuan untuk berjilbab sebagai bagian seragam sekolahnya? Apakah kepolosan masa kecil harus sudah dimasukkan ke kotak 'us' and 'others'?

Pertanyaan yang muncul setelah menengok blog tentang suatu sekolah.

Make a Comment

Leave a reply to Wira Cancel reply

8 Responses to “Pertanyaan…”

RSS Feed for Another try Comments RSS Feed

doktrin doktrin doktrin
kebenaran saya vs kebenaran kamu
saya di tempurung saya dan kamu di tempurung kamu

itulah perbedaan si A dan si B.

A menganut agama X, berpikir dia bertanggung jawab atas keselamatan anaknya di dunia dan akhirat, karena itu sejak kecil, anaknya sudah diwajibkan apa yg agama X pikir wajib.

Anak? karena kebebasannya parsial, jadi ngikut aja, sampai dia dewasa dan bisa berpikir mana yg salah dan yg betul.

Begitulah. Seakan anak itu hanya anak, bukan seorang “manusia kecil”.

Masing-masing anak, tanggung jawab orangtuanya. Jadi ini diluar lingkaran kita.

ada muslim yg sekuler, berpikir tak jadi masalah anaknya masuk ke sekolah beragama lain, dikarenakan mutunya terkenal bagus.

tp. org kristen, knp musti masukin anaknya ke sekolah muslim kalau sudah ada sekolah kristen, begitukah? malahan mutunya sudah ketahuan bagus (mungkin juga dari sisa2 kedisplinan belanda).
Ini hanya pemikiranku pribadi loh…

Mungkin juga di sekolah khusus Islam ada terlalu banyak pelajaran agama yg menditel, hingga org. beragama lain akan banyak mengalami jam bebas. Mungkin hal ini tidak terjadi di sekolah kristen.

Begitu jeng Pipit, pemikiranku…he he
mohon dimaafkan bila ada kata2 yg menyinggung. monggo…

Mbak Naga, terima kasih lho komentarnya, tidak ada yang menyinggung kok. Saya malah senang πŸ™‚

Saya tidak mempertanyakan pilihan orang tua untuk anaknya, kan orang tua lebih tahu apa yang baik untuk anaknya, bukan orang lain. Saya hanya mempertanyakan ‘keterbukaan’ pendidikan di negara kita. Itu saja.

Seperti yang Mbak Naga bilang, saya memang berada di tempurung saya. πŸ™‚ Tapi saya tidak merasa memiliki kebenaran, hanya memiliki berbagai pertanyaan. πŸ™‚

Great catch, aku juga nggak tahu .. tapi aku termasuk salah satu yang mungkin tidak keberatan kalau nanti anakku masuk ke sekolah Katholik (I’m a Moslem) dengan alasan disiplin dan kualitas yang somehow kok ya lebih bagus dari kebanyakan sekolah. Apalagi, kemarin untuk ke2 kalinya aku terima berita dari anak temenku yang sekolah di sekolah Muslim nomer satu di Indonesia, bhw teman sekelasnya (3 SD) dipukul, ditendang dan didorong oleh guru agamanya HANYA karena tidak membuat PR.
Money .. money .. money ..
Dan keliatannya sih, I know it’s not for me to judge myself, rasanya aku bukan seorang sekuler … πŸ™‚
Just, my two cents

sekali waktu gue terkesima pas dengerin pembicaraan bokap dengan anak kecil, anak tetangga sebelah : sini kok ngga salamin opa, selamat natal?
jawaban anak kecil itu membuat saya terenyuh : ih opa, kata ibu guru di sekolah, kita kan ngga boleh salaman ama orang beda agama. and he is only in kindergarten. my oh my. 😦

hi hi..jangankan anak2 kecil, kita aja yg org dewasa, kalo “islam”nya berbeda..udah dikurung.
Pernah nih temen deketku dulu, tp dia udah berjilbab. Utk. pengajian, mereka kusus, utk. muslimah yg sudah berjilbab, sepertinya ada perbedaan “level” ketaatan dan keislaman seseorang. Sebetulnya aku jadi agak sedih, tp. aku pikir, syukurlah, aku “berbeda” dgn. mereka. Who knows ajaran mereka tertutup dan aku bisa terkurung di sana… hiii…

saya pernah nganter anak tetangga (?) ke TK-nya (Islam). Saya ditegur sama satpam di sana, “Mbak, lain kali pake jilbab dong!”

Oh my….saat itu langsung sedih bgt. Orang Islam masih berkutat pd hal2 seperti ini. lbh mementingkan sisi luarnya.

Sayang ya, nilai2 Islam yang terbuka dgn perbedaan dirusak oleh orang2 Islam sendiri.

Sayang ya, nilai2 Islam yang mementingkan kebersihan, tidak tercermin di kebanyakan negara2 muslim.

Sayang ya, …

Masih ada ratusan atau ribuan sayang ya yang bisa ditulis.. namun inti masalahnya adalah, persepsi dan implementasi tsb jangan membuat kita menghakimi Islam nya, masalahnya adalah di kultur/manusia2 nya.

Entah ya, I dont’t really know what I am talking about here, but somehow I know I am right πŸ™‚

mari kita mulai segala nya dari diri kita sendiri, mulai dari hal yang kecil, dan mulai dari sekarang (untuk merealisasikannya)…
as my opinion,saya akan lebih memilih menyekolahkan anak disekolah yang sesuai dengan agama nya (jika harus sekolah di sekolah berlabel agama), kalo sekolah agama X dinilai krg disiplin dari sekolah agama Y,saya yakin bukan dari nilai agama nya, hanya saja implepentasi yang (kadang) salah kaprah saja.Karena saya yakin pula agama saya mengajarkan hal-hal yang baik.jika kelak anak saya sekolah disekolah agama yang ‘notabene’ nya dianggap kurang disiplin, saya akan berusaha membuat nya ‘disiplin’ ketika dia sudah berada dilingkungan rumah, karena rumah adalah madrasah terbaik..(bukan kah waktu yang dihabiskan anak lebih banyak dirumah?dan orang yang pertama kali dia ‘tiru’ adalah orang tua nya?)
ah ini hanya sekedar pemikiran saya saja as ordinary people, tak punya maksud apa-apa πŸ™‚
boleh kan beropini disini?


Where's The Comment Form?

Liked it here?
Why not try sites on the blogroll...